Hitam yang Memudar
pagi tadi, sosoknya terlihat bukan seperti selama ini. memang bugar, namun ada kesangsian dan ketakutan dalam gerik nya pagi tadi. keraguan nampak jelas dalam ketenangan yang dipaksakannya.. entah, mungkin dia menyadari, sekeras apapun usaha nya, tanpa campur tangan Tuhan nya, dia tak akan mampu menyusun pasir kembali menjadi karang. obrolan pagi pun menjadi terasa janggal, tanpa sisipan nasehat yang bermakna keras seperti sebelum-sebelumnya. tanpa tatap mata secara langsung, hanya kerlingan nanar sesekali. dia merasa kalah mental dengan bungsu penerusnya, begitu ucapnya, begitu pembenarannya. saat dimana seharusnya dia menanamkan mental sebagaimana yang telah ditanamkannya pada sulung nya. namun angan dalamku berpikir, rasa malu lah yang menghempaskannya dalam ketidakberdayaan, memagari alam kreasi nya yang selama ini bebas terkendali. dan menyudutkannya untuk kembali mencoba memilih. kamu, sahabat terbaikku.. yang telah mengajar dan membentukku kedalam aku ya...