Independence Day (Jilid II) : Surat Untuk Proklamator
teruntuk bapak-bapak proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta,
selamat malam bapak...
Indonesia, sudah 68 tahun merdeka sejak bapak-bapak memproklamasikannya. banyak kemajuan setelah bapak-bapak pergi meninggalkan kami.
teknologi telah menjalar hingga nyaris ke lapisan akar penduduk negri ini. informasi sungguh mudah diakses di masa ini, walaupun terkadang, pemakai nya lah yang kurang pintar, seperti saya ini.
walaupun begitu, kami, rakyat dan pemuda negri ini tetap tidak surut semangat perjuangannya bapak, kami tetap berjuang setiap hari, iya, berjuang untuk tetap dapat bernafas, minimal untuk hari ini, atau esok hari. karena jauh didalam hati, kami masih tidak paham apa arti kemerdekaan itu. yang kami tau, kemerdekaan yang bapak-bapak perjuangkan semasa kami belum lahir itu, kemerdekaan dari bangsa asing yang menjajah negri kita ini bapak.
namun, apakah bapak tau? di masa ini, negri yang bapak-bapak cintai dan perjuangkan kemerdekaannya ini mungkin sedang dijajah oleh bangsanya sendiri. bapak bertanya mengapa kami merasa demikian? karena memang itulah yang sedang kami rasakan bapak. di zaman yang katanya telah setengah abad lebih merdeka ini, kami masih merasa terjajah,
terjajah oleh kaum kapitalis, oleh mereka yang meraup dan mengeruk indahnya alam negri kita...
terjajah oleh kaum filsuf, yang mencekoki kami dengan paham-paham mereka yang sesungguhnya sulit kami mengerti..
terjajah oleh elite politik yang membuat kami bingung oleh pemikiran serta perbuatan mereka yang memang walaupun tidak merugikan kami, tapi disaat yang sama juga tidak membantu kami memperbaiki taraf hidup, sebagaimana harapan yang kami embankan kepada mereka sebagai wakil kami.
bapak, yang kami inginkan hanyalah hidup dengan tenang, hidup dalam kesejahteraan, tanpa harus saling sikut dengan saudara-saudara sebangsa kami. namun, kenyataannya, tanpa rasa curiga dan sikap saling sikut, kami akan tersisih bapak.. terbuang dari impian hidup sejahtera.
seandainya bapak bisa menjawab, sungguh, kami ingin bertanya kepada bapak : inikah harapan kemerdekaan yang bapak perjuangkan?
namun, apapun yang terjadi dimasa ini, kami akan tetap berterimakasih atas semua pengorbanan yang bapak-bapak lakukan. semoga bapak-bapak dapat beristirahat dengan damai.
terimakasih, hormat kami.
rakyatmu yang galau. -ds-
selamat malam bapak...
Indonesia, sudah 68 tahun merdeka sejak bapak-bapak memproklamasikannya. banyak kemajuan setelah bapak-bapak pergi meninggalkan kami.
teknologi telah menjalar hingga nyaris ke lapisan akar penduduk negri ini. informasi sungguh mudah diakses di masa ini, walaupun terkadang, pemakai nya lah yang kurang pintar, seperti saya ini.
walaupun begitu, kami, rakyat dan pemuda negri ini tetap tidak surut semangat perjuangannya bapak, kami tetap berjuang setiap hari, iya, berjuang untuk tetap dapat bernafas, minimal untuk hari ini, atau esok hari. karena jauh didalam hati, kami masih tidak paham apa arti kemerdekaan itu. yang kami tau, kemerdekaan yang bapak-bapak perjuangkan semasa kami belum lahir itu, kemerdekaan dari bangsa asing yang menjajah negri kita ini bapak.
namun, apakah bapak tau? di masa ini, negri yang bapak-bapak cintai dan perjuangkan kemerdekaannya ini mungkin sedang dijajah oleh bangsanya sendiri. bapak bertanya mengapa kami merasa demikian? karena memang itulah yang sedang kami rasakan bapak. di zaman yang katanya telah setengah abad lebih merdeka ini, kami masih merasa terjajah,
terjajah oleh kaum kapitalis, oleh mereka yang meraup dan mengeruk indahnya alam negri kita...
terjajah oleh kaum filsuf, yang mencekoki kami dengan paham-paham mereka yang sesungguhnya sulit kami mengerti..
terjajah oleh elite politik yang membuat kami bingung oleh pemikiran serta perbuatan mereka yang memang walaupun tidak merugikan kami, tapi disaat yang sama juga tidak membantu kami memperbaiki taraf hidup, sebagaimana harapan yang kami embankan kepada mereka sebagai wakil kami.
bapak, yang kami inginkan hanyalah hidup dengan tenang, hidup dalam kesejahteraan, tanpa harus saling sikut dengan saudara-saudara sebangsa kami. namun, kenyataannya, tanpa rasa curiga dan sikap saling sikut, kami akan tersisih bapak.. terbuang dari impian hidup sejahtera.
seandainya bapak bisa menjawab, sungguh, kami ingin bertanya kepada bapak : inikah harapan kemerdekaan yang bapak perjuangkan?
namun, apapun yang terjadi dimasa ini, kami akan tetap berterimakasih atas semua pengorbanan yang bapak-bapak lakukan. semoga bapak-bapak dapat beristirahat dengan damai.
terimakasih, hormat kami.
rakyatmu yang galau. -ds-