Ini Fiksi
Tubuh rentanya tersudut di dingin malam, tersendiri didalam keramaian. Ia merintih, walaupun kurasa ia terlihat ingin menjerit. Menjerit kepada dunia, menyerukan kepada dunia bahwa tubuhnya tak lagi mampu mengimbangi semangat hidupnya. Namun ia hanya merintih, didepan selembar kain sebagai alas dagangan kecilnya, ia bertahan. Sesekali terbatuk menahan angin malam, sosok rentanya yg hanya terbalut pakaian sederhana dan kerudung nyaris tak terlihat di sela ramainya malam. Namun malam ini, semangatnya untuk bertahan terlihat jelas dimataku. mengundangku untuk memperhatikannya, mencari pelajaran yg bisa kutarik dari potret nyata didepanku. Dan aku tersadar, kuhadapi sosoknya untuk meminta maaf atas keegoisanku. Kami berbicara cukup lama, walau pada awalnya ia tampak curiga kepadaku, namun dibalik jaketku, ia terus menjawab satu demi satu pertanyaanku. Nadanya tak jelas terdengar, namun keikhlasannya jelas terasa. Kami masih terus berbicara, sementara batang rokokku terasa semakin ...